Sekarang ngoding sudah mulai berubah. Kita tidak lagi harus menulis semua baris kode sendiri dari awal. Ada cara baru yang disebut vibe coding.
Intinya, kita cukup menuliskan ide atau instruksi dalam bentuk prompt, lalu AI akan membantu menuliskannya menjadi kode. Jadi, proses bikin aplikasi bisa terasa lebih cepat, ringan, dan bahkan menyenangkan.
Dengan vibe coding, peran kita bukan cuma jadi “tukang ketik kode”, tapi lebih ke “pengarah ide”. Kita kasih arahan, AI yang kerjakan detail teknisnya.
Hasilnya, kita bisa lebih fokus ke logika, kreativitas, atau fitur yang ingin dibangun. Tapi tentu ada hal yang tetap perlu kita pahami, karena AI tidak selalu sempurna.
Nah, disinilah menariknya: bagaimana manusia dan AI bisa saling melengkapi dalam dunia coding.
Baca Juga: Alibaba Rilis Qwen3-ASR-Flash: Saingan Baru di Dunia AI Transcription Tools
Apa itu Vibe Coding?
Vibe coding adalah cara ngoding baru yang mengandalkan bantuan AI.
Kalau biasanya kita harus menulis kode baris demi baris, di vibe coding kita cukup menuliskan prompt, semacam instruksi atau ide yang jelas. Dari prompt itu, AI akan menghasilkan kode sesuai kebutuhan kita.
Contohnya, kalau biasanya kita bikin tombol di aplikasi harus tulis HTML, CSS, atau JavaScript, dengan vibe coding kita bisa cukup bilang:
“Buat tombol biru dengan teks ‘Submit’ yang muncul di tengah halaman.”
AI kemudian langsung menuliskan kodenya untuk kita. Jadi, vibe coding bukan berarti kita berhenti ngoding, tapi cara kita ngoding jadi lebih santai, fokus ke ide, dan lebih cepat.
Kenapa Vibe Coding Jadi Trend?
Vibe coding jadi ramai dibicarakan karena cara ini membuat ngoding terasa jauh lebih cepat dan praktis.
Kalau biasanya kita harus mengetik banyak baris kode, sekarang cukup tulis ide dalam bentuk kalimat biasa, lalu AI yang mengubahnya menjadi kode siap pakai.
Prosesnya jadi lebih ringan, apalagi untuk hal-hal teknis yang biasanya makan waktu.
Hal lain yang bikin vibe coding menarik adalah siapa pun bisa mencobanya, bahkan orang yang belum terlalu jago coding.
Dengan bantuan AI, mereka bisa membuat aplikasi sederhana hanya dengan menuliskan instruksi singkat.
Sementara bagi developer yang sudah berpengalaman, vibe coding membantu mereka lebih fokus ke ide besar dan desain fitur, bukan lagi terjebak di detail teknis.
Selain itu, vibe coding membuka ruang untuk bereksperimen lebih bebas. Karena hasil kode bisa cepat didapat, kita bisa mencoba berbagai pendekatan tanpa takut buang waktu.
Kalau ada yang salah atau kurang pas, tinggal ubah prompt, dan AI akan menghasilkan versi baru.
Apalagi sekarang banyak tools yang mendukung cara kerja ini, seperti GitHub Copilot atau Cursor, yang membuat vibe coding semakin mudah dipakai sehari-hari.
Bagaimana Cara Mulai Vibe Coding?
- Belajar Menulis Prompt dengan Jelas
Vibe coding bukan soal seberapa jago kita ngetik kode, tapi seberapa jelas kita bisa menyampaikan ide. Bayangkan seperti ngobrol dengan asisten pintar: gunakan bahasa sederhana tapi detail.
Contoh: jangan cuma tulis “buat login”, tapi jelaskan “buat halaman login dengan dua kolom, username dan password, plus tombol masuk berwarna biru di tengah layar.”
- Pilih Tools yang Tepat
Ada banyak alat yang bisa dipakai untuk vibe coding, misalnya GitHub Copilot, Cursor, ChatGPT, atau IDE dengan fitur AI. Prinsipnya sama: kita menulis prompt, mereka menghasilkan kode.
- Terima Bahwa Hasil Belum Selalu Sempurna
Output AI mungkin belum pas 100%. Justru ini bagian serunya, karena kita bisa belajar menyusun prompt lebih baik, lalu mengarahkan AI sampai hasil kodenya sesuai kebutuhan.
- Anggap AI sebagai Partner, Bukan Pengganti
Vibe coding bukan berarti menyerahkan semua ke AI. Peran kita tetap penting sebagai pengarah ide, sementara AI membantu mengurus detail teknis dengan cepat.
Apa Kelebihan dan Kekurangan Vibe Coding?
Kelebihan:
- Cepat dan praktis: ide bisa langsung berubah jadi kode dalam hitungan detik.
- Mengurangi pekerjaan berulang: AI bisa menulis bagian teknis yang membosankan.
- Terbuka untuk semua orang: bahkan pemula bisa mencoba bikin aplikasi dengan prompt sederhana.
- Fokus ke ide besar: developer bisa lebih banyak mikirin konsep dan fitur, bukan detail teknis kecil.
- Mendorong eksperimen: mudah untuk mencoba banyak versi atau pendekatan berbeda.
Kekurangan:
- Hasil belum selalu sempurna: kode AI kadang butuh diperbaiki atau dicek ulang.
- Tetap butuh dasar coding: kalau tidak paham, sulit untuk menilai benar-salahnya kode.
- Risiko ketergantungan: terlalu sering mengandalkan AI bisa bikin kita kurang memahami detail teknis.
- Bergantung pada alat: perlu koneksi internet dan tools tertentu untuk bisa menjalankan vibe coding.
Masa Depan Vibe Coding
Vibe coding bisa dibilang baru mulai, tapi potensinya sudah terlihat jelas. Ke depan, cara ini mungkin akan jadi standar baru dalam dunia software development.
Alih-alih menulis ribuan baris kode manual, developer cukup memandu AI dengan prompt yang tepat, sementara detail teknis ditangani mesin.
Bukan tidak mungkin nantinya vibe coding membuat proses membuat aplikasi jadi semudah menuliskan ide di papan tulis.
Tim produk bisa langsung menuangkan kebutuhan bisnis, lalu AI menerjemahkannya ke dalam kode siap jalan.
Hal ini tentu mempercepat inovasi dan membuat lebih banyak orang bisa ikut membangun solusi digital tanpa harus jadi ahli pemrograman dulu.
Namun, masa depan vibe coding juga tetap bergantung pada keseimbangan. AI bisa menulis kode, tapi pemahaman manusia tentang logika, desain sistem, dan etika tetap tidak tergantikan.
Justru kolaborasi inilah yang akan membuat vibe coding semakin kuat: manusia yang kreatif dan AI yang gesit bekerja sama untuk menciptakan software dengan cara yang lebih cepat, sederhana, dan menyenangkan.
Vibe coding menunjukkan bahwa masa depan dunia pemrograman tidak lagi sesulit dulu. Dengan bantuan AI, ide bisa cepat berubah jadi kode, dan proses ngoding terasa lebih ringan sekaligus kreatif.
Tugas kita sebagai developer bukan hilang, justru bergeser: dari sekadar mengetik baris demi baris, menjadi pengarah ide dan pemecah masalah.
Sekarang pertanyaannya, sudah siapkah kamu mencoba vibe coding? Mulailah dari hal kecil, tulis prompt sederhana, lalu biarkan AI membantu.
Siapa tahu, dari percobaan itu lahir aplikasi atau solusi baru yang sebelumnya terasa mustahil untuk dibuat sendirian.